BerandaJakarta.com – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan teknologi biorefinery dapat digunakan untuk meningkatkan nilai ekonomi biomassa dan limbahnya menjadi sumber energi dan produk-produk bernilai tambah.
“Konsep dan aplikasi biorefinery di Indonesia masih terus dikembangkan. Oleh karena itu diperlukan upaya evaluasi berkelanjutan terhadap perkembangan biorefinery dalam menyiapkan data base bahan baku yang digunakan, proses produksi, dan juga produk yang dihasilkan,” kata Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Puspita Lisdiyanti dalam seminar virtual (webinar) Biorefinery in Indonesia: Current Status and Future Prospects, Jakarta, Kamis.
Biorefinery merupakan salah satu teknologi yang banyak dikembangkan dunia termasuk Indonesia. Teknologi itu merupakan perkembangan dari teknologi konversi biomassa dengan pendekatan yang lebih terintegrasi.
Puspita menuturkan saat ini biorefineri telah diaplikasikan pada berbagai industri strategis baik pangan, pakan, farmasi, kesehatan, lingkungan, dan energi. Pemanfaatan teknologi biorefinery bertujuan membuat berbagai produk turunan berbasis biomassa dengan pendekatan bioteknologi.
Dikatakan, teknologi biorefinery penting terutama untuk meningkatkan pemanfaatan sumber biomassa karbohidrat selulosa yang melimpah dari berbagai industri perkebunan, pertanian, dan kehutanan, serta pemanfaatan koleksi mikroba lokal dan sumber genetikanya yang akan menjadi satu kunci penting dalam teknologi biorefinery tersebut.
Menurut Puspita, dengan tersedianya sumber biomassa dan mikroba yang tidak terbatas, maka melalui biorefinery terpadu akan dapat dihasilkan berbagai jenis produk berbasis kekayaan hayati (bioresources) yang meliputi flora, fauna dan mikroba lokal, dan akan bernilai lebih kompetitif di masa depan.
“Ke depan kami sangat mengharapkan terwujudnya jalinan kerja sama triple helix antara pemerintah, akademisi dan industri dengan harmoni yang lebih baik, sebab hal ini merupakan upaya penguatan ekosistem riset dan inovasi untuk menumbuhkan perkembangan ekonomi dan sosial,” tutur Puspita.
sumber: BeritaSatu